Thursday 12 September 2013

Loh, Itu kan Menurutmu..

By : @StraySuckers

Judging, apa yang terdengar ketika mendengar kata tersebut? biasanya yang terlintas dalam pikiran kita ada "Don't judge a book by its cover". Mungkin sebagian orang meng "iya" kan statement tersebut tapi buat saya kalimat tersebut cuma jadi seperangkai kata bualan belaka yang terlontar ketika anda mendapat kan penilaian yang pahitnya tidak sesuai dengan apa yang diinginkan.

Pada dasarnya toh manusia itu makhluk sosial yang saling membutuhkan orang lain. Menilai sebelum memilih lingkungan mana yang akan kamu tempati, "tongkrongan" mana yang akan kamu singgahi dan bagaimana tingkah laku manusia yang akan menjadi patner penghabis waktu di hari esok. semua hal yang disebutkan sebelumnya, tak akan bisa kita lakukan tanpa "judgement" sekedar di awal pertemuan. Terkadang kadar kenakalan atau kepintaran seseorang bisa kita nilai cara berperilaku atau kalimat - kalimat yang keluar dari mulutnya. bukan kah itu termasuk penilaian? Coba di cerna lagi.



Gubernur Jakarta yang paling santun dengan tees sala satu pionir Grindcore,
Napalm Death.


Hanya karna dia berkacamata belum tentu dia pintar, hanya karna kata "hacep men" sering kali keluar dari mulutnya belum tentu dia suka nya dugem, hanya karna dia pake kaos Metallica belum tentu tak ada lagu Alicia Keys di hp nya. tapi sering kali pendapat (judging) itu tumbuh bersama stereotype yang berkembang di masyarakat sekitar. Anak yang doyan nongkrong keluar malem di bilang masa depannya rusak atau perempuan yang suka memakai baju agak terbuka dibilang murahan. tak usah munafik karna kita semua melakukan itu tetapi akan jadi  masalah ketika posisi nya di kembalikan ke kita. Karna sering kali kita tidak terima dengan apa yang di katakan orang dengan dalih "elu cuma tau nama gua, bukan cerita gua" bla bla bla dan seterusnya.

Marcell Siahaan, sala satu nama dibalik terbentuknya band
Hardcore "Puppen" bersama
Arian (voc dari Seringai) sebagai penabuh Drum
Jadi coba kita pakai sekali lagi karunia Tuhan yang Maha Esa yang disebut otak. Dalam sudut pandang saya, nge "judge" seseorang itu enggak salah. Tapi setelah kita menilai seseorang bagaimana jika kita cerna dan simpan itu dalam hati masing - masing, enggak usah berkata ke orang - orang sekitar tentang penilaianmu. Karna ketika penilaian yang kamu lakukan yang (biasanya) hanya berdasarkan penghelihatan sekilas dan pendengaran berdasar desas desus sekitar itu kamu keluarkan, kamu baru saja menyebar apa yang disebut "fitnah" (klo gak bisa bilang f gak usah di paksa, sebut aja pitnah) dan dari situ kamu sudah menyebar "kabar burung" yang salah.



Di ahkir cerpen yang berasa tak nyambung ini saya menyampaikan, penilaian itu perlu. Karna ketika kamu mulai di nilai oleh seseorang, itu berarti kamu di anggap "ada" di mata mereka dan kamu tidak bisa marah dengan beberapa penilaian yang rata2 dibuat berdasarkan pandangan masyarakat yang berlaku di lingkungan sekitar. Cukup tutup telinga, pandang lurus kedepan dan bungkam mereka dengan sesuatu yang tak bisa mereka duga sebelumnya. udah ah, penulisnya butuh nasi dan rebahan. penulis mengahkiri dengan kalimat ke bangsaan yang berbunyi "So Strayedtunes, @StraySuckers"

No comments:

Post a Comment